Jumat, 25 Juni 2010

Pemerintah Tak Peduli Budaya

Di Antara Ribuan, Hanya Didaftarkan Tiga

Kebudayaan Nusantara rawan

diklaim negara lain. Salah satu

penyebabnya, sangat kecilnya

perhatian pemerintah Indonesia

terhadap kebudayaan jika

dibandingkan dengan

negara lain.

DI antara ribuan budaya di Indonesia, baru tiga yang didaftarkan ke Unesco (badan PBB yang mengurusi kebudayaan).

Bandingkan dengan negara lain. Malaysia, misalnya. Kebudayaan mereka tidak sekaya Indonesia. Tapi, Malaysia sudah mengajukan 150 budaya ke badan tersebut untuk mendapatkan pengakuan. Tiongkok bahkan sudah mengajukan 213 jenis budaya ke badan yang sama.

Paling banyak, bisa jadi. India. Negara itu mengajukan 700 budaya. "Sangat memprihatinkan. Kita tertinggal jauh jika dibandingkan dengan negara lain dalam hal menjaga budaya," tutur Direktur Peninggalan Purbakala Kementrian Kebudayaan dan Pariwisata Junus

Satrio Atmojo dalam seminar Evaluasi Pengelolaan Warisan Budaya Sepanjang 2009 di Benteng Vredeburg, Jogjakarta, Sabtu (9/1).

Saat ini, tiga jenis warisan budaya Indonesia yang baru diproses untuk didaftarkan ke UNESCO adalah angklung, gamelan, dan kerajinan tenun ikat. Padahal, untuk mendapatkan pengakuan tersebut, satu jenis warisan budaya bisa memakan waktu dua tahun.

Junus menyatakan, hal itu, antara lain, terkendala rumitnya sistem pemilihan dan pendataan cagar budaya. Pihaknya merasa kesulitan dalam mendata dan mengelom-pokkan tiap budaya ke dalam jenis yang sama. "Tak mungkin kalau ha] ini hanya ditangani pemerintah. Perlu peran masyarakat untuk menginventarisasi kekayaan budaya kita," katanya.

Menurut Junus, perlu akses bagi masyarakat untuk mendaftarkan kekayaan budaya di daerah masing-masing. Sebab, budaya biasanya lahir dari daerah. Dengan demikian,
sistem pendataan jauh lebih mudah daripada harus ditangani pemerintah satu per satu. "Dalam waktu dekat, pemerintah akan lakukan hal ini. Termasuk menyiapkan dewan kurator untuk menyeleksi jenis budaya yang didaftarkan masyarakat," tegasnya.

15 Bahasa Nyaris Punah

Di sisi lain. Junus mengungkapkan keprihatinan terhadap punahnya bahasa daerah asli Indonesia. Di antara 738 jenis bahasa daerah yang berhasil didata, IS bahasa daerah hampir punah.

Bahkan, ditemukan dua bahasa daerah yang hanya dipakai 5-10 orang. Mcnurut Junus, hal tersebut terjadi lantaran sudah banyak pergeseran di masyarakat yang lebih memilih menggunakan bahasa asing dalam berbagai aspek kehidupan.

Sebagian besar bahasa daerah yang dinyatakan hampir punah itu berada di daerah Indonesia timur. Indonesia tengah, dan wilayah Sumatra. Ancaman kepunahan belasan bahasa daerah itu berdasar pada hasil penelitian Pusat Studi Bahasa dua tahun lalu. (isa/nis/j pnn/ruk)

Entitas terkaitAncaman | Bandingkan | Benteng | Indonesia | Junus | Kebudayaan | Malaysia | Mcnurut | PBB | Pihaknya | Sebagian | Tiongkok | Unesco | Di Antara | Kebudayaan Nusantara | Pariwisata Junus | Satrio Atmojo | Bahasa Nyaris Punah | Hanya Didaftarkan Tiga | Pusat Studi Bahasa | Pemerintah Tak Peduli Budaya | Direktur Peninggalan Purbakala Kementrian Kebudayaan | Evaluasi Pengelolaan Warisan Budaya Sepanjang |
Ringkasan Artikel Ini
DI antara ribuan budaya di Indonesia, baru tiga yang didaftarkan ke Unesco (badan PBB yang mengurusi kebudayaan). Kita tertinggal jauh jika dibandingkan dengan negara lain dalam hal menjaga budaya," tutur Direktur Peninggalan Purbakala Kementrian Kebudayaan dan Pariwisata Junus Satrio Atmojo dalam seminar Evaluasi Pengelolaan Warisan Budaya Sepanjang 2009 di Benteng Vredeburg, Jogjakarta, Sabtu (9/1). Saat ini, tiga jenis warisan budaya Indonesia yang baru diproses untuk didaftarkan ke UNESCO adalah angklung, gamelan, dan kerajinan tenun ikat. Di antara 738 jenis bahasa daerah yang berhasil didata, IS bahasa daerah hampir punah.

Jumlah kata di Artikel : 410
Jumlah kata di Summary : 90
Ratio : 0,220

*Ringkasan berita ini dibuat otomatis dengan bantuan mesin. Saran atau masukan dibutuhkan untuk keperluan pengembangan perangkat ini dan dapat dialamatkan ke tech at mediatrac net.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar